Kereta Naga Paksi

Kereta Naga Paksi atau yang dikenal sebagai Kereta Kencana Naga Paksi merupakan kereta kencana yang dimiliki oleh Sumedang Larang. Kereta Kencana Naga Paksi merupakan salah satu koleksi dari Museum Prabu Geusan Ulun yang memiliki ukuran yang besar yaitu Panjang 7 meter, lebar 2.5 meter, dan tinggi 3,1 meter dan berat kurang lebih 2 ton. Menurut Raden Moch Achmad Wiriaatmadja (pemangku adat Sumedang Larang) pada masa lalu kereta Naga Paksi dibuat dengan kayu namun pada masa sekarang replikanya dibuat dengan rangka besi untuk berbagai acara yang memerlukan kereta diluar museum.

Menurut Raden Moch Achmad Wiriaatmadja pada masa lalu kereta Naga Paksi dibuat dengan kayu namun pada masa sekarang replikanya dibuat dengan rangka besi untuk berbagai acara budaya . Menurut Raden Kusdinar A Sumawilaga. Kereta Naga Paksi mulai digunakan pada masa kepemimpinan Pangeran Koesoemah Dinata (Pangeran Kornel) yaitu sekitar tahun 1791 - 1828 dan masih digunakan pada masa kepemimpinan Pangeran Suria Kusumah Adinata yang berkuasa sekitar tahun 1836 - 1882 untuk keperluan bepergian di dalam kota menghadiri acara dan sebagai kendaraan pernikahan. Kereta ini menjadi kendaraan supremasi dari pembesar atau bupati Sumedang pada saat itu . Kereta Naga Paksi yang merupakan peninggalan Pangeran Aria Soeria Koesoemah Adinata, (Bupati Sumedang 1836-1882). Kereta ini dipergunakan untuk upacara kebesaran dan pernah pula direhabilitasi pada tahun 1998 di Cirebon. Rangka Kereta Naga Paksi yang beroda empat, disamping kereta yang lainnya, adalah peninggalan nenek moyang beliau, mungkin juga peninggalan Pangeran Kornel ( Bupati Sumedang tahun 1791 1828.) Setidak-tidaknya rangka kereta Naga Paksi ini peninggalan masa Kompeni. Keindahan kereta Naga Paksi ini terletak pada ukiran yang terdapat pada tempat duduk penumpang dan juga pada tubuh. Dari hiasannya, kereta Naga Paksi mempunyai tiga bagian hewan dalam satu tubuh yaitu: Bagian kepala, berbentuk kepala gajah memakai mahkota, seperti mahkota Binokasih. Pada leher ada kalung berukir. Pada bagian badan, berbentuk ular bersisik dan pada ekornya memakai gelang. Sedangkan bagian sayap, berbentuk sayap Burung Garuda, menutupi sebagian badan. Persamaan bentuk Kereta Naga Paksi Sumedang dengan Kereta Naga Paksi Liman di Cirebon dapat dipahami dan dilihat dari segi filosofi bentuk-bentuk hewan maupun dilihat dari bentuk silsilah. Sebab leluhur Bupati Sumedang masa itu yaitu Pangeran Santri dari Cirebon juga. Secara simbolis, kereta Naga Paksi mempunyai arti gajah, yang melambangkan ilmu pengetahuan dan kekuasaan. Sedangkan hewan naga melambangkan sumber kekuatan fisik dan perkataan yang bertuah. Sedangkan sayap burung Garuda melambangkan persamaan dan kesetiaan secara timbal-balik. Ketiga simbol dan filosofis ini merupakan filosofis pemerintahan Bupati Sumedang pada masa itu. Sumber: The West Java Heritage & Tourism Book Series Sumedang Heritage The Center of West Java Cultural Heritage (2015) Sumber: The West Java Heritage & Tourism Book Series Sumedang Heritage The Center of West Java Cultural Heritage (2015)



Jelajahi Sekarang